Minggu, 05 Maret 2017
Kamis, 02 Maret 2017
Artikel Infusa dan Dekok
Infusa dan Dekok
Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstrak sismplisia nabati dengan air pada suhu 90o C selaam 10-15 menit yang dihitung sejak air mendidih. Jika bahan yang digunakan untuk membuat dekok berasal dari bahan bertekstur keras, bahan yang digunakan dalam infusa berasal dari bahan yang lunak (simplisi, daun dan bunga) seperti daun kumis kucing, daun meniran, daun pegagan, bunga mawar, bunga melati, dan daun sambiloto. Cara membuat infusa hampir sama dengan merebus teh. Siapkan simplisia kering 25-30 gram atau bahan segar 75-90 gram. Bahan tersebut direbus dalam air mendidih 500 cc selaam 15b menit atau sampai volumenya menjadi 250 cc. Setelah direbus airnya disaring dan hasil penyaringan ini disebut infusa.
Simplisia adalah bahan baku alamiah yang digunakan untuk membuat ramuan obat tradisional yang belum mengalami pengolahan apa pun kecuali proses pengeringan. Ditinjau dari asalnya, simplisia digolongkan menjadi simplisian nabati dan simplisia hewani. Simplisia hewani berasal dari hewan, baik yang masih utuh, organ-organnya, maupun zat-zat yang dikandungnya yang berguna sebagai obat dan belum berupa zat kimia murni. Simplisia nabati berasal dari tanaman, baik yang masih utuh, bagian-bagiannya, maupun zat-zat nabati yang dipisahkan dari tanamannya dan belum berupa zat kimia murni. Sumber simplisia nabati sampai saat ini berupa tumbuhan liar dan tanaman budi daya.
Teknik infusa mempunyai beberapa keuntungan bila dibandingkan dengan teknik pembuatan ekstrak yaitu karena teknik infusa lebih murah, lebih cepat, dan alat serta caranya sederhana. Sedangkan dalam pembuatan ekstrak, kandungan dari bahan tumbuhan dan pelarut yang paling tepat untuk masing-masing kandungan harus diketahui lebih dahulu. Dengan zat pelarut yang tepat, zat aktif yang diinginkan akan terpisah dari bahan aslinya dan bercampur dengan pelarut yang digunakan. Selanjutnya pemisahan zat aktif dari pelarutnya dengan lebih mudah dilakukan untuk memperoleh zat aktif yang benar-benar murni. Metodenya dikenal dengan nama Sochlet, yaitu dengan menggunakan alat percolator dan countercurrent screw extractor. Dari sini jelas terlihat bahwa metode pembuatan ekstrak lebih rumit dan mahal dibandingkan dengan metode pembuatan infusa. (Santoso, 1993)
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk membuat sediaan infusa adalah:
1. Jumlah simplisia
Kecuali dinyatakan lain, infus yang mengandung bukan bahan berkhasiat keras dibuat dengan menggunakan 10% simplisia.
2. Derajat halus simplisia
Yang digunakan untuk infus harus mempunyai derajat halus sebagai berikut:
Akar
manis, daun kumis kucing, daun sirih, daun sena
|
|
Serbuk
(8/10)
|
Dringo,
kelembak
|
Serbuk
(10/22)
|
Laos, akar
valerian, temulawak, jahe
|
Serbuk
(22/60)
|
Kulit
kuni, akar ipeka, sekale kornutum
|
Serbuk
(85/120)
|
Daun digitalis
|
3. Banyaknya ekstra air
Umumnya untuk membuat sediaan infusa diperlukan penambahan air sebanayak 2 kali berat simplisia. Air ekstra ini perlu karena simplisia yang kita gunakan pada umumnya dalam keadaan kering.
4. Cara menyerkai
Pada umumya infusa diserkai selagi panas, kecuali infusa simplisia yang mengandung minyak aktsiri, diserkai setelah dingin.
5. Penambahan bahan-bahan lain
Pada pembuatan infus kulit kina ditambahkan asam sitrat 10% dari bobot bahan berkhasiat dan pada pembuatan infus simplisia yang mengandung glikosida antrakinon, ditambahkan natrium karbonat 10% dari bobot simplisia.
Daftar Pustaka
Anief, Mohammad. 2003. Farmasetika. UGM Press : Yogyakarta.
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan: Jakarta.
Syamsuni, H. A. 2006. Ilmu Resep. Anggota IKAPI: Jakarta.
Syarifudin, Arief. 2009. Sediaan Obat. (Online). Diakses pada 01 April 2011
Tjay, T.H. dan Kirana Rardja. 2007. Obat-Obat Penting. PT Elex Media Komputendo: Jakarta.
Santoso, S. 1993. Perkembangan Obat Tradisional Dalam Ilmu Kedokteran di Indonesia dan Upaya Pengembangannya Sebagai Obat Alternatif, Jakarta: FKUI.
Hariana, H.Arief.. 2008. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta: Penebar Swadaya.
Dalimartha Setiawan, 2003, ATLAS Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid 2, Trubus Agriwidya, hal. 126-130
anonym, 1980, Materi Medika Indonesia, Jilid 4, DEPKES RI, hal 85-91.
Langganan:
Postingan (Atom)